Menu

Jumat, 03 Desember 2010

Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis




PRAKTIKUM KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Judul               :
Praktikum yang dilakukan adalah analisis kromatografi lapis tipis
Tujuan :
Tujuan dilakukannya analisis kromatografi ini adalah
  • Pemakaian kromatografi lapis tipis untuk pemisahan komponen-komponen dalam senyawa atau campuran.
  • Mencari harga Retardation Factor (Rf) dari beberapa komponen pada sistem fase diam dan fase gerak.
Prinsip             :
Kromatografi lapis tipis merupakan penerapan dari kromatografi adsorpsi. Sampel ditotolkan pada pelat TLC, kemudian dikembangkan dalam sebuah bejana pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktivitas kapiler. TLC dapat memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran dan juga untuk tujuan identifikasi.
Pemilihan adsorben, pelarut, eluen dan pemahaman teori yang mendasari TLC harus dipahami untuk mendapatkan hasil pemisahan yang baik.
Teori Dasar    :
KLT merupakan penerapan dari kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi pada permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari pelarut/pengembang yang berfungsi menggerakan komponen. Adsorben dilapiskan sebagai lapisan tipis pada pelat datar berupa gelas, plastik, atau logam. Sejumlah kecil campuran yang akan dianalisis ditotolkan pada bagian bawah pelat KLT. Pelat KLT kemudian ditempatkan pada bejana pengembang (chamber) yang  telah jenuh dengan eluen pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktifitas kapiler.
KLT merupakan metode pemisahan yang sederhana, cepat, dan murah. KLT dapat memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran dan juga dapat digunakan untuk tujuan identifikasi dengan cara membandingkan nilai Rf komponen yang terpisah dengan Rf komponen yang diketahui (Rf standar) dalam sistem KLT yang sama.
Adsorben yang umum digunakan untuk KLT ialah silica gel, alumina (alumunium oxsyde), kieselguhr (diatomeous earth) dan selulosa. Dari ke empat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silika gel.
* Tekhnik Pengoperasian dalam Kromatografi Lapis Tipis*
Penyiapan chamber
 Bejana pengembang tersedia dalam berbagai bentuk, bahan dan ukuran. Bisa di beli langsung dari pasaran atau menggunakan alat-alat gelas yang ada di Laboratorium, misalnya dapat menggunakan keler, botol, dengan tutupnya atu gelas kimia dengan cawan petri sebagai tutupnya.
Penyiapan Lempeng KLT
Pelat KLT dapat dibuat sendiri atau dibeli langsung dari pasaran. Pelat KLT komersial pada umumnya lebih seragam sehingga dapat memberikan daya ulang yang baik, tetapi dapat juga dibuat sendiri pelat KLT dengan kualitas yang baik.
Dalam membuat pelat KLT, larutan dsorben harus disiapkan terlebih dahulu. Pembuatan larutan adsorben sedikit berbeda untuk keperluan KLT mikro dan KLT makro. Pada pembuatan pelat untuk KLT mikro, misalnya dengan adsorben silika gel G, adsorben tersebut sebanyak 35 gram dilarutkan dalam 100 ml zat pelarut kloroform:metanol (2:1 v/v). Pelat kaca atau bahan lain yang sudah bersih dan kering dicelupkan dalam larutan tersebut. Zat pelarut diuapkan pada suhu kamar selama 5 menit.
Pada pembuatan KLT makro. Suspensi adsorben dibuat dengan mencampur, adsorben tertentu dengan air. Konsentrasi suspensi tersebut tergantung dari jenis adsorben yang digunakan. Sebagai contoh rasio antara adsorben silika gel dengan air adalah 30:60-65.
Pelat untuk KLT makro biasanya berukuran 5x20 cm, 10x20 cm, dan 20x20 cm. Keuntungan dipakainya pelat yang lebih besar ialah karena adsorbennya dapat melekat lebih baik, dapat dibuat lebih tebal untuk kepentingan tertentu dan kromatografi dapat dilakukan pada tempat yang lebih luas. Kerugiannya adalah karena pembuatannya lebih sukar. Suspensi adsorben dibuat dengan air, oleh karena itu sebelum pelat digunakan harus mengalami aktivasi dengan pem,anasan paling tidak satu jam pada suhu sekitar 110o C.
Penotolan Sampel
Sampel yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut agak non polar yang mudah menguap. Misalnya kloroform atau pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titikdidih antara 50-110OC. Pelarut yang demikian mudah ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Air hanya dipakai jika tidak ada pilihan lain. Larutan sampel ditotolkan pada pelat menggunakan pipet mikro, syringe, atau pipet kapiler.
Tetesaan sampel harus diusahakan sekecil mungkin dengan meneteskan berulang kali, dengan dibiarkan mengering sebelum tetesan berikutnya dikerjakan. Pengeringan smpel pada pelat sebaiknya dikerjakan dengan aliran gas nitrogen untu mencegah terjadinya kerusakan sampel karena teroksidasi.
Running
Pengenbangan dilaksanakan dengan mencelupkan dassr pelat KLT yang telah ditotoli sample dalam system pelarut untuk proses pengembangan. Proses pengembangan akn lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap system pelarut. Hal ini dapat segera tercapai dengan meletakkan kertas filter pada dinding ruangan dengan dasar kertas tersebut tercelup dalam system pelarutnya.
Visualisasi dan Identifikasi
Visualisasi dimaksudkan untuk melihat komponen penyusun yang sudah terpisah setelah proses pengembangan. Jika komponen yang terpisah berwarna maka jika langsung ditandai dengan pensil, tetapi jika tidak berwarna diperlukan perlakuan fisika atau kimia untuk memperlihatkan keberadaan komponen tersebut pada kromatogram.
Teknik visualisasi ada yang bersifat merusak komponen (destruktif) ada juga yang bersifat tidak merusak (Non destruktif).
Visualisasi Destruktif
Cara destruktif akan merusak komponen secara irreversibel, baik merusak sebagian atau semua komponen.
Visualisasi Non-destruktif
Visualisasi non destruktif membiarkan komponen tetap utuh dan biasanya digunakan untuk untuk KLT preparatif dan beberapa jenis KLT kuantitatif atau kualitatif.
Identifikasi
Identifikasi dapat dikerjakan dengan membandingkan posisi spot dengan senyawa standar yang teliti (ditotolkan) pada pelat percobaan yang sama. Spot yang memiliki warna yang sama dan memiliki Rf  yang sama dengan standar dapat dinyatakan bahwa spot tersebut sama dengan spot standar.
Alat yang digunakan :
1. Chamber
2. Corong Pisah
3. Kertas Tembus Pandang (Transparan)
4. Penggaris
Bahan/Pereksi           :
1. Petroleum Eter
2. Etanol
3. Aseton
4. N-Heksan
 5. Daun Suji
Cara Kerja :
1. Mengekstrak daun suji
Tumbuk beberapa lembar daun suji, hasil tumbukan dimasukkan ke dalam beaker glass lalu ditambahkan petroleum eter 20 ml dan aseton sebanyak 10 ml, setelah dicampur dan diaduk kemudian masukkan ke dalam corong pisah. Lalu di ekstrak dengan kedua tangan dengan cara digoyangkan. Pengekstrakkan ini dilakukan sampai di bentuk 3 lapisan.
2. Memisahkan Zat Hijau Daun
Setelah didapatkan tiga lapisan dalam corong pisah, kemudian diambil zat hijau daunnya saja, kemudian dipekatkan dalam kompor listrik.
Setelah sedikit kental, kemudian totolkan zat hijau daun ke dalam kertas transparan, dan masukan ke dalam chamber. Kemudian diamati pemishan warnanya.  
 Data Pengamatan :
No
Warna
Jarak
Jarak Eluen
Rf
1
Kuning Kehijauan
2,4 cm
5,6 cm
0,42
2
Hijau
3,2 cm
5,6 cm
0,56
3
Klorofil 1
3,7 cm
 5,6 cm
0,56
4
Klorofil 2
4,4 cm
 5,6 cm
0,78
5
Kuning Kehijauan
2,4 cm
 5,6 cm
0,42
6
Hijau
3,1 cm
 5,6 cm
0,17
7
Klorofil 1
3,6 cm
 5,6 cm
0,64
8
Klorofil 2
4,4 cm
 5,6 cm
0,78
9
Kuning Kehijauan
2,5 cm
 5,6 cm
0,45
10
Hijau
3,4 cm
 5,6 cm
0,60
11
Klorofil 1
3,7 cm
 5,6 cm
0,56
12
Klorofil 2
4,4 cm
 5,6 cm
0,78

Perhitungan :
Diketahui :       
Jarak Eluen : 5,6 cm
Kuning kehijauan : 2,4 cm
Hijau : 2,4 cm
Klorofil 1 : 3,7 cm
Klorofil 2 : 4,4 cm
Ditanyakan :     Rf

Jawab :
Rf  Kuning kehijauan = 2,4 : 5.6 = 0,42
Rf Hijau  = 3,2 : 5,6 = 0,56
Rf klorofil 1 = 3,7 : 5,6 = 0,66
Rf klorofil 2 = 4,4 :5,6 = 0,78
Pembahasan :
KLT merupakan penerapan dari kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi pada permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari pelarut/pengembang yang berfungsi menggerakan komponen.
Praktikum ini melakukan pemisahan-pemisahan komponen hijau daun dari daun suji. Pemisahan komponen hijau daun dilakukan dengan mencelupkan lempeng ke dalam chamber. N-heksan dan tinner (7:3). Tujuan ditutupnya saat pencelupan adalah untuk membantu proses pemisahan dengan bantuan uap jenuh. Pelarut ataupun komponen akan teradsopsi dan bergerak dan bergerak ke atas.
KLT digunakan untuk tujuan identifikasi dengan cara membandingkan nilai Rf komponen. Rf menyatakan perbandingan antara jarak yang ditempuh oleh suatu komponen dalam suatu sample dan jarak yang ditempuh pelarut.
Nilai Rf dalam suatu komponen adalah konstan selama kondisi kromatografi berikut dijaga konstan :
v     Sistem pelarut
v     Adsorben
v     Ketebalan Adsorben
v     Jumlah sample yang ditotolkan
v     Suhu
Jika kondisi kromatografi sulit untuk dijaga konstan, maka kita bisa menggunakan nilai Rf relatif (Rs), artinya nilai Rf komponen dilaporkan sebagai nilai relatif terhadap standar pada pelat dan waktu analisis yang sama. Nilai Rf yang besar artinya jarak yang ditempuh,oleh komponen dalam pelat KLT jauh.
Kesimpulan :
 Jadi Nilai Rf untuk warna kuning kehijauan adalah 0,42, untuk warna Hijau adalah 0,57, untuk warna klorofil 1 adalah 0,66, dan untuk warna klorofil 2 adalah 0,78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar